Senin, 02 Mei 2011

Jauh Berbeda

Cerpen bahasa indonesia yg waktu itu . aaa don't read it jelek ceritanya T_T

JAUH BERBEDA 
Oleh Azima Noor Qamara Puteri

            Siang itu aku terpaku dengan penuh keheningan. Sambil kupandangi sebuah buku kecil yang tak lain adalah sebuah diary kecil yang ada dihadapan ku.. Tertulis sebuah nama  berukuran kecil di bagian sampul ’Elma Yoanda’. Aku mulai menggapai diary tersebut. Lalu mulai kubaca halaman demi halamannya.
           
            Pagi itu aku sedang berada disekolah. Aku bersekolah di SMA Pelita. Aku duduk dikelas X. Panggil saja aku ’Yoan’.
”Kenapa ngelamun, An?” tanya temanku Dira.
”Eh ga kenapa-kenapa kok, Dir” sahutku kaget.
Ternyata daritadi temanku Dira dan Tita memperhatikanku yang sedang terlihat gelisah. Saat itu jam pelajaran pertama sedang kosong karena gurunya yang sedang berhalangan masuk dan tidak bisa mengajar kelas kami.
            ”Ah yang bener kamu ga kenapa-kenapa, An? Tapi daritadi kita perhatiin kayaknya kamu lagi ada masalah ya? Maaf ya kalo aku sok tau” tanya Dira kembali sambil melirik ke arahku.
            ”Iya, An. Daritadi kita berdua merhatiin kayaknya kamu lagi ada masalah ya?” Tita menambahkan.
            ”Sebenernya sih iya Dir, Ta. Aku lagi bingung banget nih. Aku gak tau mesti ngapain.” sahutku menjawab pertanyaan mereka berdua.
            ”Emang kamu kenapa, An? Kalo lagi ada masalah kamu bisa cerita ke kita-kita kok. Kita bakal dengerin cerita kamu dan ngasih solusi semampu kita” tambah Dira sambil melirik temannya sebelahnya, Tita.
            Sebelum memulai cerita, aku sempat melirik jamku untuk memastikan bahwa jam pelajaran pertama masih lama berakhir dan guru belum akan memasuki kelas kami. dengan begitu kami dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk membicarakan pertanyaan temanku tadi. Sebenarnya masalah ini tentang Farhan, ya Farhan, anak kelas XII di SMA ku.
            ”Jadi gini, semalem aku lagi ada masalah sama si Farhan, pacar aku. Awalnya aku juga ga ngerti apa penyebabnya. Ternyata cuma gara-gara salah paham sedikit, akhirnya jadi masalah. Semaleman kami ga sekontakan, padahal besoknya itu hari anniv kami berdua. Sekarang aku bingung harus gimana lagi” ceritaku panjang lebar.
            ”Jadi itu sebab kamu gelisah daritadi, yaudah kamu yang sabar aja dulu ya, Yoan. Kita bakal bantuin kamu kok buat nyelesain masalah ini. Jangan sedih lagi yaa” yaudah sekarang balik ke tempat duduk masing-masing yok, ada Bu Tuti tuh kayaknya udah siap ngajar matik” .

            Akhirnya kami mengakhiri percakapan kami untuk sementara karena jam sudah menunujukkan pergantian pelajaran. Dan sekarang saatnya Bu Tuti masuk untuk mengajar matematika. Saat  bel tanda istirahat berbunyi, anak-anak pada istirahat keluar, tapi aku tetap saja berdiam diri dikelas masih dalam keadaan gelisah memikiran masalah semalam. Tiba-tiba saat aku sedang berkutat dengan handphone-ku, ada 1 sms masuk, ternyata dari Farhan. Ternyata kegelisahan ku dari semalam sampai sekarang terjawab sudah, keputusan Farhan yang menginginkan kami mengakhiri hubungan kami akhirnya menjawab kegelisahanku. Yang ada aku hanya bisa terdiam menanggapi semua itu.
            ”Kenapa, An?”Tanya Dira khawatir sambil menghampiriku yang sedang duduk terdiam di bangku ku diikuti si Tita dibelakangnya.Aku nggak sempet ngucapin kata apa-apa, yang ada aku langsung ngasihin handphone aku yang layarnya masih menampilkan sms dari Farhan. Mereka langsung mengerti apa maksudku, setelah melihat sms itu, mereka langsung menenangkanku yang sedang bergelinang air mata. Tak beberapa lama kemudian, aku mulai tenang, saat itu aku yang sebenarnya tak ingin keluar kelas karena satu hal yang pasti, aku tidak mau bertemu Farhan saat ini. Tapi aku terpaksa keluar untuk menyerahkan tugasku ke ruang guru, dan terpaksa melewati kelas Farhan yang tepatnya berada berseberangan dengan kelasku. Aku sempat melihat Farhan sekilas, tapi aku langsung mengalihkan pandanganku karena aku masih teringat dengan pesan yang dikirimnya tadi.

            Bel pulang pun berbunyi. Semua anak-anak berhambur keluar kelas termasuk aku. Didepan kelas, aku melihat sosok Farhan yang sedang berdiri didepan kelasnya dan menoleh ke arahku. Lagi-lagi aku mengalihkan pandanganku darinya.
            Sesampai dirumah, aku kembali merenungi apa yang terjadi hari ini. Kenapa tepat di hari anniversary ke 6 bulan kami malah terjadi hal seperti ini. Hampir setengah jam aku merenungi semua itu, akhirnya aku memutuskan untuk mencari kegiatan lain daripada terus merenungi kejadian itu. Aku menuju ke meja belajarku, menghidupkan notebook dan mulai mengutak-atiknya. Aku masuk ke sebuah jejaring sosial yaitu facebook. Ternyata Farhan juga telah mengganti statusnya menjadi lajang. Aku hanya bisa termangu didepan layar. Larut dalam kesedihan, aku pun kembali membaca diary ku yang tak lain semuanya tentang Farhan.

            Keesokan harinya, aku kembali menjalani aktivitasku yaitu sekolah. Aku tau aku bakal ketemu Farhan, tapi mau bagaimana lagi kalo itu yang harus terjadi. Seharian itu aku hanya bisa diam. Teman-temanku mengerti apa yang sedang aku rasakan. Termasuk Dira dan Tita, tapi mereka memutuskan untuk menghiburku dan membuatku melupakan masalah kemarin untuk hari ini.
            ”Udah, An, jangan dikipirin terus. Kantin yuk bareng kita?” ajak Dira dan Tita sambil menarik tanganku. Ada benarnya juga kata mereka. Aku tak boleh berlarut-larut memikirkan masalah ini. ”Yuk deh” jawabku sambil tersenyum. Dikantin kita sempet cerita-cerita tentang pengalaman dari awal masuk SMA Pelita ini sampai sekarang. Akhirnya aku terbawa suasana, aku mulai melupakan masalahku untuk hari itu.

            Sepulang sekolah, seperti biasa setelah membereskan semuanya termasuk makan siang, aku langsung menghempaskan diriku di tempat tidruku. Lama kelamaan aku merasa bosan, sama seperti kemarin, aku kembali membuka facebook-ku. 
            ”Ga mungkin, masa secepet ini dia bisa ngelakuin semua ini? Ah!” keluhku dalam hati. 
Status seorang Farhan Aditya yang kemarin melajang hari ini telah berganti menjadi berpacaran yang membuatku shock. Ternyata semua yang dikatakannya selama ini adalah omong kosong. Sebegitu mudah baginya untuk menyakiti seseorang.

Aku kembali menghempaskan diri di tempat tidurku. Aku menatapi langit-langit atap kamarku. Seketika aku seperti teringat bayangan akan masa laluku bersama Farhan. Sampai akhirnya aku sadar dia bukan milikku lagi. Dia hanyalah masa lalu yang suram untukku. Semenjak bersamanya, aku melupakan pelajaranku, aku jadi lebih malas dengan yang berhubungan dengan pelajaran. Setelah kejadian hari itu, aku mulai merasakan kebencian pada Farhan. Sejak itu juga aku memutuskan untuk melupakan Farhan, ya Farhan.

            Lima bulan telah berlalu semenjak kejadian itu, semesteran pun telah usai. Kini aku duduk dikelas XI SMA Pelita. Alhamdulillah yang buat aku seneng banget aku masuk kelas IPA, tepatnya lagi XI IPA 1. Dan juga bisa dibilang aku telah melupakan masa lalu itu.
            ”Hei, An. Gimana kamu sekarang?” tiba-tiba Tita datang menghampiriku yang sedang mendengarkan musik di handphoneku.
            ”Gimana apanya, Ta?” jawabku polos.
”Kayaknya kamu udah gak suka ngelamun lagi, udah lebih ceria lagi aja gitu. Cerita dong, An” pinta Tita penasaran sambil mendekatkan diri kepadaku.
”Heeh iya, Ta. Aku udah ngelupain soal Farhan. Aku ga mau terus-terusan mikirin dia. Toh ga ada hasilnya juga. Dia juga udah ga perduli lagi sama aku. Yaudah deh aku mutusin buat ngelupain dia perlahan-lahan. Sampe akhirnya gini deh, hehe.” jawabku kepada Tita sambil tersenyum.
”Oh jadi gitu. Bagus deh, An. Aku ikut seneng kalo kamu bisa ceria lagi kayak gini” balas Tita sambil menepuk bahuku.

            Hari-hariku sekarang mulai terasa seperti dulu lagi. Seperti saat sebelum aku mengenal sosok Farhan. Hari-hariku terasa lebih berwarna. Sampai pada akhirnya, setelah sekitar 8 bulan aku berpisah dengan masa lalu ku. Sosok seorang pria masuk dikehidupanku.

            Sepulang sekolah, karena aku dan teman-temanku mengikuti sebuah bimbel, akhirnya aku dan teman-temanku segera menuju ke sebuah bimbel didekat sekolah kami itu.
”Eh, Yoan. Temen aku lagi jomblo nih, minta dicariin pacar gitu katanya” bisik Dinda saat tentor sedang menjelaskan. Dinda itu temen sekelas aku.
            ”Siapa, Din? Lah terus apa hubungannya sama aku?” balasku berbisik.
”Si Sandy. Ya ada hubungannya lah, aku mau jodohin dia sama kamu. Kamu mau nggak?” ucap dinda serius sambil kembali berbisik kepadaku.
”Sandy yang mana?” tanyaku bingung
”Sandy Pratama, Yoan.” Mau yaa?
            ”Tapi kan aku belum terlalu kenal dia, masa langsung bilang mau-mau aja gitu”
”Setidaknya kan kalian bisa pendekatan dulu, ga mesti langsung jadian juga kan, An.” Dinda menjelaskan.
”Yaudah deh aku coba”  jawabku singkat. ”Sip, ntar aku kasih nomor kamu ke dia aja ya, biar dia sms kamu” sahut Dinda.
”Siplah” balasku mengakhiri pembicaraan kami.
            Seperti biasa, bel khas dari tempat bimbel aku udah bunyi yang nunjukin kalo udah waktunya pulang, tepatnya jam 17.45 WIB. Dari kejauhan aku melihat papaku yang kelihatannya sudah menunggu daritadi.
”Tumben lama keluarnya?” gerutu papa.
”Lama gimana pa, perasaan emang jam segini deh keluarnya. Dasaran papanya kali yang kecepetan jemputnya”jawabku sambil melirik papa.
”Iyasih papa yang kecepetan, hehe. Yaudah masuk, ada mama juga dimobil, kita mau pergi bentar.” ucap papa sambil memasuki mobil.
”emang mau kemana, pa?” tanyaku bingung.
”udah ikut aja”singkat papa.
Didalam mobil, aku merogoh handphoneku yang berada disaku seragam sekolahku. Ternyata sedari tadi handphoneku sudah mati karena habis batre. Akhirnya aku cuma bisa diam didalam mobil sambil mendengarkan papa dan mama yang sedang mengobrol. Daritadi aku bertanya-tanya kemana kami pergi, ternyata tidak lama kemudian kami sampai dirumah tanteku karena mama ingin menemui tanteku. Setelah hanya satu jam berada disana, kami pun akhirnya pulang. Saat itu hari menunjukkan pukul 19.00 WIB.
            Setelah hampir setengah jam berada dalam perjalanan karena jarak antara rumahku dan rumah tanteku yang cukup jauh, kami pun sampai dirumah. Aku langsung menuju ke kamarku. Tiba-tiba terdengar suara mama,
’Mau ngapain, An?’ sambil menatapku.
’Mau ke kamar ma, kenapa, Ma?’ jawabku heran.
’Yaudah abis dari kamar langsung mandi abis itu makan ya’.
’beres, Ma’ jawabku pada mama sambil memasuki kamar.

Aku masuk ke kamarku lalu merogoh handphone-ku. Aku langsung mengecas handphone-ku lalu kutinggalkan keluar kamar.
Setelah 30 menit kutinggalkan keluar kamar, aku langsung memeriksa handphone-ku. Ternyata sudah ada 5 sms daritadi. Setelah kubaca satu per satu ternyata ada satu sms yang nomornya tidak aku ketahui.
            ’Ini nomor Yoan ya?’
          ‘Maaf baru bales,  iya ini siapa?’ balasku singkat.
          ’Sandy, hehe’
          Sandy? Mendengar nama itu aku langsung teringat kejadian tadi sore dibimbel, ternyata Dinda benar-benar memberikan nomorku pada Sandy. Akhirnya kami pun berlanjut smsan sampai bisa dibilang hampir larut malam.

            Toktoktok.. toktoktok. Yoan bangun sayang, udah jam berapa ini, kamu ga sekolah?. Mendengar suara mama tersebut aku langsung terbangun dari tidur ku yang pulas. Aku melirik ke arah jam,
            ”Setengah 7, mampus aku telat! Cemasku sambil menepuk kening.
            ”Iya ma, Yoan kesiangan nih” jawabku terburu-buru
”Yaudah buruan mandi, abis itu jangan lupa sarapan ya, mama sama papa tunggu dibawah” kata mama sebelum meninggalkan kamarku.
”Iya, ma” sahutku sambil bergegas menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan sarapan, aku langsung berangkat ke sekolah diantar papa. Aku melirik jam tanganku, 06.55 ’huaa aku bakalan telat nih” gerutu ku dalam hati.
            Alhamdulillah aku selamat. Ternyata belum ada guru didalam kelasku.
            ”Eh, An. Tumben kamu ngaret datengnya?” tanya Dinda sambil menghampiriku.
            ”Iyanih aku kesiangan gara-gara semalem” jawabku sambil menuju tempat dudukku.
            ”Emang semalem kamu ngapain aja” tanya Tita yang kebetulan sudah berada didekatku.
            ”Begadang nih gara-gara si Sandy” ups keceplosan, aku tak sadar karena aku sedang mencari catatan fisika ku. Karena sebentar lagi adalah pelajaran  fisikanya bu Mus.
            Ciee ciee Yoan. Terdengar suara teman-temanku dari belakang.
            ”Cie kamu udah smsan sama Sandy ya, An?” tanya Dinda
            ”Iya Din semalem dia sms aku. Kamu nih ya yang ngasih nomor aku ke dia?”
            ”Hehe kan kemarin aku udah bilang sama kamu, An” gapapa lah, An. Itung-itung buat ngelupain masa lalu” jawab Dinda sambil tertawa.
            ”Ya ampun Dinda, maksudnya? Haha iya gapapa Din” jawabku singkat sambil ikut tertawa.
            Akhirnya bu Mus pun datang dan kami pun mengakhiri pembicaraan kami saat itu.

            Empat hari telah berlalu, sekarang sudah menunjukkan tanggal 25 September 2010 tepatnya malam minggu. Ketika aku sedang berdiam diri dikamarku, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata ada sms masuk, dan itu dari Sandy.
            ”Yoan”
          ”Apa San?
          ”Temenin aku smsan yok, ga ada kerjaan nih”
          ”Oke deh. Topiknya apa?”
          ”Apa aja boleh deh, hehe”
          Akhirnya pembicaraan kami itu pun berlanjut. Sandy anaknya asik, aku bisa ngerasain itu semenjak kami smsan. Sampai pada akhirnya ada satu pembicaraan serius yang ingin ia katakan dan itu sekitar pukul 20.30 WIB.. Dan itu membuatku terkejut.
            Yoan, aku boleh ngomong sesuatu ga sama kamu?
          Boleh kok, emang mau ngomong apa?
          Aku menunggu balasan pesannya. Tapi selama 30 menit belum juga ada balasan dari Sandy. ”Nih anak tidur kali ya” gerutu ku. Sampai pada akhirnya  setelah beberapa lama menunggu akhirnya ada pesan masuk di handphoneku, dan itu dari Sandy.
            Mau ga jadi pacar aku?
            What? Spontan aku kaget banget. Kok bisa tiba-tiba, padahal aku baru kenal dia beberapa hari begitu juga sebaliknya.
            Cie kamu becanda nih?
          Aku serius Yoan, mau ga?
          Sebelum mejawab pesan Sandy itu, aku menelpon Tita terlebih dahulu, aku ga tau mesti gimana.
            ”Halo, Tita”
            ”Iya, kenapa An?
            ”Ta bantuin aku, aku bingung banget nih”
            ”Bantuin apaan An, yaudah kamu cerita dulu” 
            ”Jadi gini......”
            Setelah menceritakan semuanya pada Tita yang juga kaget mendengarnya, aku pun mematikan telepon. Lalu membalas pesan Sandy. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk menerima Sandy, dan itu juga salah satu cara agar aku dapat benar-benar melupakan masa laluku       
          Demi apapun aku bener-bener senang saat itu. Rasanya hatiku berbunga-bunga sepeti mawar yang sedang bermekaran di siang hari.
            ”Ini saatnya aku ngelupain masa lalu itu.” ucapku pelan.

            Enam bulan telah berlalu hingga sekarang. Suka dan duka pun telah kami hadapi bersama. Walaupun selalu ada saja perselisihan diantara kami, tetapi kami selalu berusaha untuk mempertahankan hubungan ini. Dan aku mulai merasakan perbedaan-perbedaan yang muncul antara semenjak aku menjalin hubungan dengar Farhan dan sekarang Sandy. Selama dengan Farhan aku selalu bermalas-malasan, jarang sekali membuka buku pelajaran. Tapi satu hal yang beda yang aku rasain semenjak bersama Sandy, aku berubah, aku tidak lagi bermalasa-malsan, dan Sandy lebih cenderung selalu menyupportku dalam pelajaran.

            Belajar dari pengalaman, selalu ada hikmah dibalik apa yang kita lakukan. Pengalaman dimasa lalu itu yang memberiku pelajaran. Jangan terbentur dengan masa lalu untuk melanjutkan masa depan. Jangan menyesali apa yang telah terjadi, tapi sadarilah apa yang terjadi dan belajarlah untuk menerima kenyataan hidup.


****

0 komentar:

Posting Komentar

 

Azima's blog♔ Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang